Dr. H.
Susilo Bambang Yudhoyono adalah Presiden RI ke enam dan Presiden pertama yang
dipilih langsung oleh Rakyat Indonesia. Bersama Drs. M. Jusuf Kalla sebagai
wakil presidennya, beliau terpilih dalam pemilihan presiden di 2004 dengan
mengusung agenda "Indonesia yang lebih Adil, Damai, Sejahtera dan
Demokratis", mengungguli Presiden Megawati Soekarnoputri dengan 60% suara
pemilih. Pada 20 Oktober 2004 Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik beliau
menjadi Presiden.
Pada
tanggal 20 Oktober 2009, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono kembali di lantik
sebagai Presiden RI untuk periode 2009-2014, setelah bersama pasangannya Prof.
Dr. Boediono memenangkan Pemilihan Umum Presiden pada 8 Juli 2009 dalam satu
putaran langsung dengan memperoleh 60,80%, mengalahkan pasangan Megawati
Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto.
Presiden
SBY, seperti banyak rakyat memanggilnya, lahir pada 9 September 1949 di
Pacitan, Jawa Timur. Seorang ilmuwan teruji, beliau meraih gelar Master in Management
dari Webster University, Amerika Serikat tahun 1991. Lanjutan studinya
berlangsung di Institut Pertanian Bogor, dan di 2004 meraih Doktor Ekonomi
Pertanian.. Pada 2005, beliau memperoleh anugerah dua Doctor Honoris Causa,
masing-masing dari almamaternya Webster University untuk ilmu hukum, dan dari
Thammasat University di Thailand ilmu politik.
Susilo
Bambang Yudhoyono meraih lulusan terbaik AKABRI Darat tahun 1973, dan terus
mengabdi sebagai perwira TNI sepanjang 27 tahun. Beliau meraih pangkat Jenderal
TNI pada tahun 2000. Sepanjang masa itu, beliau mengikuti serangkaian
pendidikan dan pelatihan di Indonesia dan luar negeri, antara lain Seskoad
dimana pernah pula menjadi dosen, serta Command and General Staff College di
Amerika Serikat. Dalam tugas militernya, beliau menjadi komandan pasukan dan
teritorial, perwira staf, pelatih dan dosen, baik di daerah operasi maupun
markas besar. Penugasan itu diantaranya, Komandan Brigade Infanteri Lintas
Udara 17 Kostrad, Panglima Kodam II Sriwijaya dan Kepala Staf Teritorial TNI.
Selain di
dalam negeri, beliau juga bertugas pada misi-misi luar negeri, seperti ketika
menjadi Chief Military Observer United Nations Peace Keeping Operations (CMO
UNPKO) dan Komandan Kontingen Indonesia di Bosnia Herzegovina pada
1995-1996.
Setelah
mengabdi sebagai perwira TNI selama 27 tahun, beliau mengalami percepatan masa
pensiun maju 5 tahun ketika menjabat Menteri di tahun 2000. Atas pengabdiannya,
beliau menerima 24 tanda kehormatan dan bintang jasa, diantaranya Satya Lencana
PBB UNPKF, Bintang Dharma dan Bintang Maha Putra Adipurna. Atas jasa-jasanya
yang melebihi panggilan tugas, beliau menerima bintang jasa tertinggi di
Indonesia, Bintang Republik Indonesia Adipurna.
Sebelum
dipilih rakyat dalam pemilihan presiden langsung, Presiden Yudhoyono
melaksanakan banyak tugas-tugas pemerintahan, termasuk sebagai Menteri
Pertambangan dan Energi serta Menteri Koordinator Politik, Sosial dan Keamanan
pada Kabinet Persatuan Nasional di jaman Presiden Abdurrahman Wahid. Beliau
juga bertugas sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan dalam Kabinet
Gotong-Royong di masa Presiden Megawati Soekarnoputri. Pada saat bertugas
sebagai Menteri Koordinator inilah beliau dikenal luas di dunia internasional
karena memimpin upaya-upaya Indonesia memerangi terorisme.
Presiden
Yudhoyono juga dikenal aktif dalam berbagai organisasi masyarakat sipil. Beliau
pernah menjabat sebagai Co-Chairman of the Governing Board of the
Partnership for the Governance Reform, suatu upaya bersama Indonesia dan
organisasi-organisasi internasional untuk meningkatkan tata kepemerintahan di
Indonesia. Beliau adalah juga Ketua Dewan Pembina di Brighten Institute, sebuah
lembaga kajian tentang teori dan praktik kebijakan pembangunan nasional.
Pada
beberapa tahun terakhir, Presiden Yudhoyono juga berperan aktif dalam berbagai
forum internasional, termasuk dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup. Sejak
pelaksanaan Konferensi Bali mengenai Perubahan Iklim di tahun 2007, yang
menghasilkan Bali Road Map, hingga pertemuan sejenis di Kopenhagen yang
menghasilkan Copenhagen Accord,Presiden Yudhoyono selalu memberikan
kontribusi nyata. Presiden Yudhoyono juga memprakarsai terbentuknya Coral
Triangle Initiative,yang merupakan upaya kerjasama antara Indonesia, Malaysia,
Philipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Timor Leste dan Brunei Darussalam,
dalam melindungi keanekaragaman sumber daya hayati lautan di wilayah ini, serta
terbentuknya Forest - 11 (F-11), kelompok negara-negara pemilik hutan tropis di
dunia. Atas berbagai upaya tersebut, pada pembukaan The 11th Special Session
of The Governing Council/Global Ministerial Enviromental Forum pada bulan
Februari 2010 lalu di Bali, Presiden Yudhoyono mendapatkan penghargaan UNEP
Award Leadership in Marine and Ocean Management.
Presiden
Yudhoyono adalah seorang penggemar baca dengan koleksi belasan ribu buku, dan
telah menulis sejumlah buku dan artikel seperti: Transforming Indonesia:
Selected International Speeches (2005), Peace deal with Aceh is just a
beginning (2005), The Making of a Hero (2005), Revitalization of
the Indonesian Economy: Business, Politics and Good Governance (2002), dan Coping
with the Crisis - Securing the Reform (1999). Ada pula Taman Kehidupan,
sebuah antologi yang ditulisnya pada 2004. Presiden Yudhoyono adalah penutur
fasih bahasa Inggris.
Presiden
Yudhoyono adalah seorang Muslim yang taat. Beliau menikah dengan Ibu Ani
Herrawati dan mereka dikaruniai dengan dua anak lelaki. Pertama, Kapten Inf
Agus Harimurti Yudhoyono, lulusan terbaik Akademi Militer tahun 2000 dan telah
menyelesaikan Program Master di bidang Strategic Studies di IDSS, Nanyang
Technological University, Singapura. Pada akhir bulan mei 2010 yang
bersangkutan juga telah menyelesaikan Program Master di bidang Public Policy di
Kennedy School of Goverment, Harvard University, Amerika Serikat. Telah menikah
dengan Annisa Larasati Pohan, dan dikaruniai seorang putri, Almira Tunggadewi
Yudhoyono.
Kedua, Edie Baskoro Yudhoyono, lulusan bachelor
of Commerce Finance dan Electronic Commerce dari Curtin University
of Technology,Perth, Western Australia, serta lulusan Program Master bidang International
Political Economy di S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang
Technological University (NTU) Singapura. Saat ini aktif sebagai anggota DPR RI
dan sebagai Sekretaris Jenderal Partai Demokrat.
General
TNI (Ret) Susilo Bambang Yudhoyono, popularly known as SBY, was born in
Pacitan, East Java, on 9 September 1949. He graduated from the Military Academy
in 1973-top in his class. He received his fourth star in 2000. In the
first-ever direct presidential election in Indonesia in 2004, Susilo Bambang
Yudhoyono, running on a platform for "more just, more peaceful, more
prosperous, and more democratic Indonesia", was elected as the 6th
President of the Republic of Indonesia, gaining a landslide 60% of the popular
vote over the incumbent President Megawati Soekarnoputri.
President
Yudhoyono is also an accomplished scholar. He was educated in the United
States, where he received his Masters degree in Management from Webster
University in 1991. He continued his study and earned a Doctorate Degree in
Agricultural Economics from Bogor Institute of Agriculture, West Java, Indonesia,
in 2004. President Yudhoyono was awarded with two honorary doctorates in 2005,
respectively in the field of law from his alma mater, Webster University, and
in political science from Thammasat University in Thailand.
During
his 27-year distinguished military service, President Yudhoyono took an
extensive range of training, education and courses, both in Indonesia and
overseas. President Yudhoyono also held numerous important posts and positions
as troop and territorial commander, staff officer, trainer and lecturer. He
served both in the field and at headquarters, as well as missions overseas. He
was the Commander of the United Nations Military Observers and Commander of the
Indonesian Military Contingent in Bosnia-Herzegovina from 1995-1996.
For his
outstanding service, President Yudhoyono was decorated with 24 medals and
awards, including the UNPKF Medal, the Bintang Dharma, the Bintang
Mahaputera Adipurna and the Bintang Republik Indonesia Adipurna, the
highest national medal for excellent service beyond the calls of duty.
Prior to
being elected, President Yudhoyono held various important government positions,
including Minister of Mining and Energy and Co-ordinating Minister for
Political, Social, and Security Affairs in the National Unity Cabinet under
President Abdurrahman Wahid. He again served as Co-ordinating Minister for
Political, Social, and Security Affairs in the Gotong Royong Cabinet
under President Megawati Soekarnoputri. It was in his capacity as Coordinating
Minister that he became internationally recognized for leading Indonesia's
counter-terrorism efforts.
President
Yudhoyono is also known for his activities in various civil society
organizations. He served as Co-Chairman of the Governing Board of the
Partnership for the Governance Reform, a joint Indonesian-international
organization focused on the improvement of governance in Indonesia. He also
served as Chairman of the Advisory Board of the Brighten Institute, an
institution devoted to studying the theory and practice of national development
policy.
President
Yudhoyono is a keen reader and has authored a number of books and articles
including: Transforming Indonesia: Selected International Speeches (2005),
Peace deal with Aceh is just a beginning (2005), The Making of
a Hero (2005), Revitalization of the Indonesian Economy:
Business, Politics and Good Governance (2002), and Coping with the
Crisis - Securing the Reform (1999). Taman Kehidupan (Garden of
Life) is his anthology published in 2004. President Yudhoyono speaks English
fluently.
President
Yudhoyono is a devoted Moslem. He is married to Madam Ani Herrawati. The first
couple is blessed with two sons. The oldest is First Lieutenant Agus Harimurti
Yudhoyono, who graduated top in his class from the Military Academy in 2000 and
is now serving at the elite 305th Airborne Battalion of the Army Strategic
Reserves Command (KOSTRAD). The youngest, Edhie Baskoro Yudhoyono, earned his
degree in Economics from Curtin University, Australia.
No comments:
Post a Comment
Mohon Perhatiannya yang ingin berkomentar :
1. Berkomentarlah yang baik dan sopan
2. Tidak dianjurkan meletakan link hidup
3. Disarankan berkomentar sesuai postingan
4. Mohon bershabar apabila komentar belum admin balas
5. Dianjurkan berkomentar menggunakan alamat Url untuk Backlink