(Gambar : liputan6.com)
Saling Indonesia. Gua Sunyaragi adalah sebuah gua yang
berlokasi di kelurahan Sunyaragi, Kesambi, Kota Cirebon dimana terdapat
bangunan mirip candi yang disebut Gua Sunyaragi, atau Taman Air Sunyaragi, atau
sering disebut sebgaai Tamansari Sunyaragi. Nama "Sunyaragi" berasal
dari kata "sunya" yang artinya adalah sepi dan "ragi" yang
berarti raga, keduanya adalah bahasa Sanskerta. Tujuan utama didirikannya gua
tersebut adalah sebagai tempat beristirahat dan meditasi para Sultan Cirebon
dan keluarganya.
Gua Sunyaragi merupakan salah satu benda cagar
budaya yang berada di Kota Cirebon dengan luas sekitar 15 hektar. Objek cagar
budaya ini berada di sisi jalan by pass Brigjen Dharsono, Cirebon. Konstruksi
dan komposisi bangunan situs ini merupakan sebuah taman air. Karena itu Gua
Sunyaragi disebut taman air gua Sunyaragi. Pada zaman dahulu kompleks gua
tersebut dikelilingi oleh danau yaitu Danau Jati. Lokasi dimana dulu terdapat
Danau Jati saat ini sudah mengering dan dilalui jalan by pass Brigjen Dharsono,
sungai Situngkul, lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Gas, Sunyaragi milik PLN,
persawahan dan menjadi pemukiman penduduk. Selain itu di gua tersebut banyak
terdapat air terjun buatan sebagai penghias, dan hiasan taman seperti Gajah,
patung wanita Perawan Sunti, dan Patung Garuda. Gua Sunyaragi merupakan salah
satu bagian dari keraton Pakungwati sekarang bernama keraton Kasepuhan.
Kompleks tamansari Sunyaragi ini terbagi menjadi
dua bagian yaitu pesanggrahan dan bangunan gua. Bagian pesanggrahan dilengkapi
dengan serambi, ruang tidur, kamar mandi, kamar rias, ruang ibadah dan
dikelilingi oleh taman lengkap dengan kolam. Bangunan gua-gua berbentuk
gunung-gunungan, dilengkapi terowongan penghubung bawah tanah dan saluran air.
Bagian luar kompleks aku bermotif batu karang dan awan. Pintu gerbang luar
berbentuk candi bentar dan pintu dalamnya berbentuk paduraksa.
Induk seluruh gua bernama Gua Peteng (Gua Gelap)
yang digunakan untuk bersemadi. Selain itu ada Gua Pande Kemasan yang khusus
digunakan untuk bengkel kerja pembuatan senjata sekaligus tempat
penyimpanannya. Perbekalan dan makanan prajurit disimpan di Gua Pawon. Gua
Pengawal yang berada di bagian bawah untuk tempat berjaga para pengawal. Saat
Sultan menerima bawahan untuk bermufakat, digunakan Bangsal Jinem, akan tetapi
kala Sultan beristirahat di Mande Beling. Sedang Gua Padang Ati (Hati Terang),
khusus tempat bertapa para Sultan.
Walaupun berubah-ubah fungsinya menurut kehendak penguasa pada zamannya, secara garis besar Tamansari Sunyaragi adalah taman tempat para pembesar keraton dan prajurit keraton bertapa untuk meningkatkan ilmu kanuragan. Bagian-bagiannya terdiri dari 12 antara lain :
- Bangsal jinem sebagai tempat sultan memberi wejangan sekaligus melihat prajurit berlatih.
- Gua pengawal sebagai tempat berkumpul par apengawal sultan.
- Kompleks Mande Kemasan (sebagian hancur).
- Gua pandekemasang sebagai tempat membuat senjata tajam.
- Gua simanyang sebagai tempat pos penjagaan.
- Gua langse sebagai tempat bersantai.
- Gua peteng sebagai tempat nyepi untuk kekebalan tubuh.
- Gua arga jumud sebagai tempat orang penting keraton.
- Gua padang ati sebagai tempat bersemedi.
- Gua kelanggengan sebagai tempat bersemedi agar langgeng jabatan.
- Gua lawa sebagai tempat khusus kelelawar.
- Gua pawon sebagai dapur penyimpanan makanan.
Sejarah berdirinya gua Sunyaragi memiliki dua
buah versi, yang pertama adalah berita lisan tentang sejarah berdirinya Gua
Sunyaragi yang disampaikan secara turun-temurun oleh para bangsawan Cirebon
atau keturunan keraton. Versi tersebut lebih dikenal dengan sebutan versi Carub
Kanda. Versi yang kedua adalah versi Caruban Nagari yaitu
berdasarkan buku Purwaka Caruban Nagari tulisan tangan Pangeran
Kararangen atau Pangeran Arya Carbon tahun 1720. Sejarah berdirinya gua
Sunyaragi versi Caruban Nagari adalah yang digunakan sebagai acuan para pemandu
wisata gua Sunyaragi. Menurut versi ini, Gua Sunyaragi didirikan tahun 1703 Masehi
oleh Pangeran Kararangen, cicit Sunan Gunung Jati. Kompleks Sunyaragi lalu
beberapa kali mengalami perombakan dan perbaikan.
Menurut Caruban Kandha dan beberapa catatan dari
Keraton Kasepuhan, Tamansari dibangun karena Pesanggrahan Giri Nur Sapta Rengga
berubah fungsi menjadi tempat pemakaman raja-raja Cirebon, yang sekarang
dikenal sebagai Astana Gunung Jati. Hal itu dihubungkan dengan perluasan
Keraton Pakungwati (sekarang Keraton Kasepuhan Cirebon) yang terjadi pada tahun
1529 M, dengan pembangunan tembok keliling keraton, Siti Inggil, dan lain-lain.
Sebagai data perbandingan, Siti Inggil dibangun dengan ditandai candrasengkala Benteng
Tinataan Bata yang menunjuk angka tahun 1529 M.
Di Tamansari Gua Sunyaragi ada sebuah taman
Candrasengkala yang disebut "Taman Bujengin Obahing Bumi" yang
menunjuk angka tahun 1529. Di kedua tempat itu juga terdapat persamaan, yakni
terdapat gapura "Candi Bentar" yang sama besar bentuk dan
penggarapannya. Pangeran Kararangen hanya membangun kompleks Gua Arga Jumut dan
Mande Kemasan saja.
Dilihat dari
gaya atau corak dan motif-motif ragam rias yang muncul serta pola-pola bangunan
yang beraneka ragam dapat disimpulkan bahwa gaya arsitektur gua Sunyaragi
merupakan hasil dari perpaduan antara gaya Indonesia klasik atau Hindu, gaya Cina
atau Tiongkok kuno, gaya Timur Tengah atau Islam dan gaya Eropa.
Gaya Indonesia klasik atau Hindu dapat terlihat
pada beberapa bangunan berbentuk joglo. Misalnya, pada bangunan Bale Kambang, Mande
Beling dan gedung Pesanggrahan, bentuk gapura dan beberapa buah patung seperti
patung gajah dan patung manusia berkepala garuda yang dililit oleh ular.
Seluruh ornamen bangunan yang ada menunjukkan adanya suatu sinkretsime budaya
yang kuat yang berasal dari berbagai dunia. Namun, umumnya dipengaruhi oleh
gaya arsitektur Indonesia Klasik atau Hindu.
Gaya Cina terlihat pada ukiran bunga seperti
bentuk bunga persik, bunga matahari dan bunga teratai. Di beberapa tempat, dulu
Gua Sunyaragi dihiasi berbagai ornamen keramik Cina di bagian luarnya.
Keramik-keramik itu sudah lama hilang atau rusak sehingga tidak diketahui coraknya
yang pasti. Penempatan keramik-keramik pada bangunan Mande Beling serta motif mega
mendung seperti pada kompleks bangunan gua Arga Jumut memperlihatkan bahwa gua
Sunyaragi mendapatkan pengaruh gaya arsitektur Cina. Selain itu ada pula
kuburan Cina, kuburan tersebut bukanlah kuburan dari seseorang keturunan Cina
melainkan merupakan sejenis monumen yang berfungsi sebagai tempat berdoa para
keturunan pengiring-pengiring dan pengawal-pengawal Putri Cina yang bernama Ong
Tien Nio atau Ratu Rara Sumanding yang merupakan istri dari Sunan Gunung Jati.
Sebagai peninggalan keraton yang dipimpin oleh
Sultan yang beragama Islam, gua Sunyaragi dilengkapi pula oleh pola-pola
arsitektur bergaya Islam atau Timur Tengah. Misalnya, relung-relung pada
dinding beberapa bangunan, tanda-tanda kiblat pada tiap-tiap pasalatan atau musholla,
adanya beberapa pawudlon atau tempat wudhu serta bentuk bangunan Bangsal Jinem
yang menyerupai bentuk Kabah jika dilihat dari sisi belakang Bangsal Jinem. Hal
tersebut menjelaskan bahwa gaya arsitektur gua Sunyaragi juga mendapat pengaruh
dari Timur Tengah atau Islam.
Gua Sunyaragi didirikan pada zaman penjajahan
Belanda sehingga gaya arsitektur Belanda atau Eropa turut memengaruhi gaya
arsitektur gua Sunyaragi. Tanda tersebut dapat terlihat pada bentuk jendela
yang tedapat pada bangunan Kaputren, bentuk tangga berputar pada gua Arga Jumut
dan bentuk gedung Pesanggrahan.
Secara visual, bangunan-bangunan di kompleks gua
Sunyaragi lebih banyak memunculkan kesan sakral. Kesan sakral dapat terlihat
dengan adanya tempat bertapa seperti pada gua Padang Ati dan gua Kelangenan,
tempat salat dan pawudon atau tempat untuk mengambil air wudhu, lorong yang
menuju ke Arab dan Cina yang terletak di dalam kompleks gua Arga Jumut; dan lorong
yang menuju ke Gunung Jati pada kompleks gua Peteng. Di depan pintu masuk gua
Peteng terdapat patung Perawan Sunti. Menurut legenda masyarakat lokal, jika
seorang gadis memegang patung tersebut maka ia akan susah untuk mendapatkan jodoh.
Kesan sakral nampak pula pada bentuk bangunan Bangsal Jinem yang menyerupai
bentuk Kabah jika dilihat dari sisi belakang Bangsal Jinem. Selain itu ada pula
patung Haji Balela yang menyerupai patung Dewa Wisnu.
Pada tahun 1997 pengelolaan gua Sunyaragi
diserahkan oleh pemerintah kepada pihak keraton Kasepuhan. Hal tersebut sangat
berdampak pada kondisi fisik gua Sunyaragi. Kurangnya biaya pemeliharaan
menyebabkan lokasi wisata gua Sunyaragi lama kelamaan makin terbengkelai.
Tahun 1852, taman ini sempat diperbaiki karena
pada tahun 1787 sempat dirusak Belanda. Saat itu, taman ini menjadi benteng
pertahanan. Tan Sam Cay, seorang arsitek Cina, konon diminta Sultan Adiwijaya
untuk memperbaikinya. Namun, arsitek Cina itu ditangkap dan dibunuh karena
dianggap telah membocorkan rahasia gua Sunyaragi kepada Belanda. Karena itu, di
kompleks Taman Sunyaragi juga terdapat patok bertulis ”Kuburan Cina”.
Pemugaran Tamansari Gua Sunyaragi pernah dilakukan
oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1937-1938. Pelaksanaannya diserahkan
kepada seorang petugas Dinas Kebudayaan Semarang. Namanya, Krisjman. Ia hanya
memperkuat konstruksi aslinya dengan menambah tiang-tiang atau pilar bata
penguat, terutama pada bagian atap lengkung. Namun kadang-kadang ia juga
menghilangkan bentuk aslinya, apabila dianggap membahayakan bangunan
keseluruhan. Seperti terlihat di Gua Pengawal dan sayap kanan-kiri antara
gedung Jinem dan Mande Beling.
Pemugaran terakhir dilakukan Direktorat
Perlindungan dan Pembinaan Sejarah dan Purbakala, Direktorat Jenderal
Kebudayaan, yang memugar Tamansari secara keseluruhan dari tahun 1976 hingga
1984. Sejak itu tak ada lagi aktivitas pemeliharan yang serius pada kompleks
ini.
Bangunan tua ini hingga kini masih ramai
dikunjungi orang, karena letaknya persis di tepi jalan utama. Tempat parkir
lumayan luas, taman bagian depan mendapat sentuhan baru untuk istirahat para
wisatawan. Terdapat juga panggung budaya yang digunakan untuk pementasan
kesenian Cirebon. Namun keadaan panggung budaya tersebut kini kurang terurus,
penuh dengan tanaman liar. Kolam di kompleks Taman Sari pun kurang terurus dan
airnya mengering.
Sumber : Wikipedia
Artikel Terkait :
seru ya kayaknya
ReplyDelete